Jumat, 03 April 2009

Budayakan Kerja Keras




Si Kaslan dan Kakek Tua

 

Kaslan adalah seorang lelaki yang malas. Dia tidak suka bekerja. Kerjaannya hanya melamun dan tidur. Dia hidup bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil dalam kemiskinan dan kemelaratan.

Pada suatu hari,  istrinya menangis karena dia dan anak-anaknya sudah terlalu menderita. Istrinya meminta agar Kaslan bekerja apa saja untuk mendatangkan rizki yang halal.

Kaslan menjawab, “Jangan sedih istriku, sebentaq lagi akan datang masanya kita menjadi kaya raya! Barsabarlah! Aku bermimpi menjadi kaya raya.

Istrinya mencoba untuk bersabar sekali lagi. Namun, hari yang telah dijanjikan oleh Kaslan tidak datang juga. Mimipi itu tidak kunjung datang, karena sehari-hari Kaslan hanya tidur dan melamun. Keluarga itu semakin miskin; perabot rumah habis terjual, dapur tidak mengepul, sudah beberapa hari ini tidak ada makanan.

Akhirnya, kesabaran sang istri habis.

Kemarahannya meledak, “Tak ada gunanya menunggu dan menunggu! Apa langit menurunkan hujan emas? Kau garus pergi sekarang juga untuk mencari rezeki. Tanpa bekerja, mimpimu tidak akan pernah datang. Jika kau terus saja tidur dan diam di rumah, anak-anak kita sebentar lagi akan mati kelaparan!”

Akhirnya, Kaslan memutuskan untuk pergi menemui orang bijak. Dia hendak menemui seorang tua yang terkenal ahliibadahdan ahli hikmah. Dia juga dia akan menanyakan kepadanya, cara agar bisa lepas dari kefakiran dan bisa menjadi kaya raya.

Kaslan menyiapkan perbekalan seadanya untuk perjalanan jauh. Dia berjalan selama tiga hari. Di pinggir hutan, dia bertemu dengan serigala yang lemah dan kurus badannya. Agaknya serigala itu sedang sakit keras.

Serigala itu bertanya pada kaslan, “Sobat, kau mau pergi kemana?”

Kaslan menjawab, “Aku mau pergi menemui seorang syaikh ahli ibadah dan ahli hikmah untuk menanyakan cara agar bisa jadi orang kaya.”

Mendengar jawaban Kaslan, serigala itu berkata, “Jika kau bertemu syeikh itu jelaskan padaku. Lalu, tanyakan padanya cara agar aku bisa sembuh. Kalau perlu, apa obatnya? Aku merasakan sakit yang tak terperihkan di lambungku sejak tiga hari yang lalu. Aku tidak bisa tenang sedikit pun, siang dan malam.”

“Baiklah, aku akan menjelaskan mengenai sakitmu ini pada syaikh itu,” jawab Kaslan.

Lalu, Kaslan berjalan tiga hari lamanya. Di perjalanan, dia bertemu pohon apel.

Pohon itu berkat pada Kaslan, “Kau mau pergi kemana, Sobat?”

Kaslan lalu menjelaskan keinginannya berjumpa dengan syeikh ahli hikmah.

Mendengar penjelasan Kaslan , pohon apel itu berkata, “Aku ingin kamu mau menanyakan pada syeikhyang dekat dengan Alah itu, mengenai obat dari sakitku yang aneh. Ketika musim semi, seperti pohon-pohon yang lain, aku juga berbunga. Namun bunga itu berguguran semua, sehingga aku tidak bisa berbuah sama sekali. Tolong tanyakan pada syeikh itu, apa sebabnya dan apa obatnya?”

Kaslan menenangkan pohon itu. Dia berjanji akan menanyakan pada syeikh itu, cara agar bisa normal dan berbuah kembali.

Kemudian, Kaslan kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan, dia menemukan danau kecil yang jernih airnya. Dia mencuci muka dan memandang ke dasar danau itu.

Tiba-tiba ada seekor kan yang menampakkan kepalanya ke permukaan air dan berkata, “Hai sobat, kau mau kemana?”

Kaslan lalu menjelaskan keinginannya untuk menemui syeikh ahli hikmah.

Mendengar hal itu, sang ikan berkata pada Kaslan, “Sobat, sudah sebulan ini aku merasakan sakit yang tiada tara dalam tenggorokanku. Tolong tanyakan pada syeikh itu, apa obat untuk penyakitku?”

Kaslan tersenyum dan menyakinkan ikan itu, bahwa dia akan menanyakan kepada syeikh. Lalu, dia melanjutkan perjalanan.

Setelah tiga hari berjalan, Kaslan sampai pada sebuah taman yang di tumbuhi pepohonan dan bunga-bunga indah. Di tengah taman ada sungai yang airnya mengalir jernih. Di samping  sungai, ada gubuk papan yang antic. Di dalam gubuk itu ada seorang syeikh berjubah dan berjenggot putih, sedang khusuk membaca Al-Quran. Kaslan memberi salam kepada orang tua itu.

“Apa yang kau inginkan Kaslan?” sapa syeikh itu setelah menjawab salam.

Tentu saja, Kaslan terkejut bukan main. Dia belum memperkenalkan namanya.

“bagaimana syeikh bisa mengetahui namaku?” tanya Kaslan.

“Aku adalah orang yang kau cari, cepatlah katakana. Apa keinginanmu mencariku?”

“Aku datang kepadamu karena ingin menjelaskan keadaanku. Sejak lahir, aku ini fakir dan miskin. Aku menikah juga dengan perempuan yang miskin. Aku telah memiliki beberapa anak, namun tetap saja miskin. Aku ingin syeikh menjelaskan kepadaku, agar aku jadi orang kaya? Aku ingin punya rumah yang mewah, makan yang cukup, dan pakaian yang baik, anak dan istriku bisa hidup senang.”

“Baiklah, aku akan jelaskan. Namun, sebelum aku jelaskan, apa kau punya pertanyaan lain. Atau ada hal lain yang ingin kau katakana?”

“Oh iya, syeikh, hampir lupa. Dalam perjalanan aku bertemu dengan serigala yang kurus dan lemah, ia tersiksa karena sakit di dalam lambungnya. Ia menitipkan pertanyaan kepadaku, apa penyebab penyakitnya sekaligus obatnya, pada syeikh. Lalu, aku bertemu dengan pohon apelyang selalu gugur bunganya, sehingga dia tidak bisa berbuah. Pohon itu berpesan agar aku menanyakan sebab dan bagaimana bisa normal kembali. Trakhir, aku bertemu dengan seekor ikan di danau yang mengaku sakit tenggorokan selama sebulan ini. Ia juga menitipkan pesan kepadaku agar syeikh memberitahukan obatnya,”

syeikh itu membetulkan duduknya, lalu menjelaskan, “Yang menyebabkan sakit tenggorokan pada ikan itu adalah sebutir intan yang tertelan olehnya dan menyangkut di dalam tenggorokannya. Jikaintan itu bisa di keluarkan, maka ikan itu akan sembuh. Pohon apel itu selalu gugur bunganya sebelum menjadi apel, karena seonggok emas yang terpendam di bawahnya. Emas itu menghalangi akar-akarnya sehingga tidak bisa mencapai sari makanan yang di perlukan untuk pertumbuhan bunga. Jika emas itu di keluarkan, maka ia akan normal kembali. Adapun serigala yang kurus kering dan sakit keras, obatnya adalah ia harus memakan lelaki yang malas dan tidak berguana bagi keluarganya.”

Lalu, Kaslan betanya agar dirinya bisa kaya.

Syeikh itu hanya menjawab, “Impianmu akan menjadi kenyataan. Sudah, sekarang pergilah!”

Kaslan berjalan dengan hati gembira hingga sampai di danau. Ia bertemu dengan ikan yang tidak sabar menunggunya.

Kaslan berkata, “Syeikh ahli hikmah itu mengatakan bahwayang menyebabkan sakit pada tenggorokanmu adalah sebutir intan yang tertelan olehmu. Jika intan itu bisa di keluarkan maka kau akan sembuh.”

Lalu, Kaslan hendak beranjak pergi.

Akan tetapi, ikan itu berteriak menghiba, “Kaslan tolonglah kau kasihani aku, keluarkanlah intan ini dari tenggorokanku. Jika sudah kau keluarkan, kau boleh mamilikinya!”

Namun, Kaslan menjawab, “Mengapa aku harus bercapek-capek? Syeikh tadi mengatakan bahwa aku kan menjadi kaya! Aku tak ada waktu, selamat tinggal, sobat!”

Kaslan terus berjalan hingga dia sampai di tempat pohoin apel yang sudah lama menunggunya. Pohon apel menanyakan jawaban yang di sampaikan Syeikh itu.

Kaslan menjawab, “Gugurnya bungamu sebelum menjadi apel adalah kerena seonggok emas yang terpendam di bawah batngmu. Emas itu menghalangi akar-akarmu sehingga tidak bisa mencapai sari makanan yang di perlukan untukpertumbuhan bunga. Jika emas itu di keluarkan maka kayu akan kembali normal.

Kaslan ingin pergi, namun pohon itu berkata, “Kaslan, jangan pergi dulu! Tolonglah aku, galilah dan ambillah emas itu untukmu agar aku bisa normal kembali.”

Kaslan hanya tersenyum dan menjawab, “Aku tidak mau capek! Syeikh tadi mengatakan, impianku akan menjadi kenyataan! Aku tidak ada waktu. Aku harus cepat pulang. Selamat tinggal, soabat.”

Pohon itu menangis. Namun, Kaslan tetap saja pergi meneruskan perjaanan. Akhirnya, dia berjumpa dengan serigala yang kurus.

Kaslan menjelaskan dengan singkat, “Syeikh mengatakan, abatmu adalah memakan lelaki yang malas dan tidak berguna bagi keluarganya!”

Serigala itu berpikir sejenak, lalu berkata sambil memperlihatkan taringnya, “Aha, aku tidak perlu mencari orang lain yang malas dan tak berguna bagi keluarganya. Orang itu telah ada di depanku. Kau datang dengan kedua kakimu untuk menjadi santapanku, Kaslan. Ayo,  cepat kemari, lelaki malas dan egois!”

Kaslan ketakutan bukan main. Dia melompat dan langsung lari secepat kilat. Dia terus lari sekencang-kencangnya hingga akhirnya selamat dari kejaran serigala yang lemah itu. Kaslan kelelahan dan duduk di atas batu sambil berpikir.

Dalam hati Kaslan berkata, “Serigala itu benar….aku memang pemalas! Aku tidak berhak untuk hidup…aku harus kembali ke hutan membantu pohon apel dan ikan malang itu!”

Kaslan sampai di danau dan memanggil ikan itu. Tidak lama, ikan itu menongolkan kepalanya.

“Mengapa kau kembali kesini, Kaslan?” tanya ikan itu.

“Aku ingin membantumu, ayo bukalah mulutmu!” kata Kaslan.

Ikan itu membuka mulutnya. Kaslan membantu mengeluarkan intan itu dengan menggunakan jarinya.

Setelah intan itu berhasil di keluarkan, sang ikan mengucapkan terima kasih dan berkata, “Ambillah intan itu untukmu, Kaslan.”

Lalu, Kaslan pergi ke tempat pohon apel.

Pohon apel itu terkejut dengan kedatangan Kaslan, “Mengapa kau kembali menemuiku, Kaslan!”

“Aku ingin membantumu mengeluarkan emas yang menghalangi akarmu agar kau bisa normal kembali.” Jawab Kaslan.

Dia lalu menggali dan mengeluarkan emas itu.

Pohon apel mengucapkan terima kasih dan berkata, “Ambillah seluruh emas itu untukmu, sobat!”

“Tidak! Aku tidak mau mengambilnya untuk diriku. Aku akan mengambilnya untuk aku bagikan semuanya kepada fakir miskin. Aku akan beketrja dan makan dengan hasil keringatku sendiri!” jawab Kaslan tegas.

 Pohon itu tersenyum mendengar jawaban Kaslan.

Akhirnya, kaslan sampai di gubuknya.

Istrinya berkata, “Apakah kau sudah bertemu Syeikh? Bagaimana caranya agar kita kaya?”

“Ya istriku, aku sudah bertemu. Aku harus giat bekerja dan tidak malas. Aku harus bermanfaat bagi keluarga dan orang sekitar. Aku akan membuka semak belukar di belakang rumah kita menjadi lading. Aku juga akan mulai jualan kecil-kecilan di pasar!” jawab Kaslan.

Seketika itu, istrinya bersujud syukur kepad Allah dan berkata dalam sujudnya, “subhanallah wal hamdulillah, segala puji bagimu, ya Allah yang telah memberi hidayah pada suamiku!”

Lalu, istrinya mengusulkan kepada suaminya, “Suamiku, sebaiknya namamu mulai sekarang di ubah saja. Tidak usah memakai nama Kaslan lagi, sebab Kaslan artinya pemalas. Bagaimana kalau diubah menjadi Juhdan saja, yang arttinya kerja keras?”

“Ya, aku setuju. Mulai sekarang, namaku Juhdan.”

Sejak itu, Juhdan yang asal mulanya bernama Kaslan, giat bekerja. Dalam waktu yang tidak lama, dia menjadi orang yang berkecukupan. Dia memiliki kebun yang luas dan subur. Dia juga memiliki sejumlah toko di pasar. Bukan Cuma itu, dia di cintai oleh penduduk yang ada di sekitarnya, sebab dia pemurah dan suka menolong orang yang kesusahan.

 

*****

 

 

Kerja pada hakekatnya adalahnya manifestasi amal kebajikan. Sebagai sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niatnya.” Amal seseorang akan dinilai berdasar apa yang diniatkannya. 

 

Kerja adalah perintah suci Allah kepada manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk kebutuhan duniawi.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashash: 77).

 

“Bukanlah orang yang paling baik darimu itu yang meninggalkan dunianya karena akhiratnya, dan tidak pula yang meninggalkan akhiratnya karena dunianya. Sebab, dunia itu penyampaian pada akhirat dan janganlah kamu menjadi beban atas manusia.” (HR. Ibnu ‘Asakir dari Anas).

Adanya siang dan malam dalam alam dunia ini, merupakan isyarat akan adanya kewajiban bekerja (pada siang hari).

“Dan Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan suatu kehidupan.” (QS. An-Naba’: 11).

 

“Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan. Tetapi sedikit sekali kamu berterima kasih,” (QS. Al-A’raf: 10).

 

“Apabila Telah ditunaikan shalat, maka menyebarlah di bumi dan carilah dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10).

 

Untuk memberikan motivasi dalam bekerja, Nabi Muhammad, menggunakan bahasa yang sangat mengunggah dan menyadarkan. “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok.” (HR. Baihaqi).

 

Bekerja juga akan membuat manusia lebih merdeka, dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain, seperti dengan meminta-minta. “Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Rasulullah pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usahanya seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik” (HR. Ahmad, Baihaqi, dan lain-lain).

 

Islam juga menganjurkan untuk bekerja dengan sepenuh hati untuk memberikan kualitas hasil terbaik. Bahkan kerja keras yang ikhlas merupakan penghapus dosa. “Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seorang pekerja jika ia berbuat sebaik-baiknya” (HR. Ahmad). “Siapa bekerja keras hingga lelah dari kerjanya, maka ia terampuni (dosanya) karenanya.” (Al-Hadist). “Berpagi-pagilah dalam mencari rezeki dan kebutuhan hidup. Sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung berkah dan keberuntungan” (HR. Ibnu Adi dari Aisyah). “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya” (Al-Hadist).

 

Mari kisa sebagai sesama umat manusia ciptakan budaya bekerja keras di lingkuan kita sendiri, biasakan sebelum melakukan kerja kita baca Basmalah terlebih dahulu. Niatkanlah dalam hati kita bekerja hanya untuk mencari Ridho Allah semata, jangan untuk supaya dapat uang yang banyak.

 

Kamis, 02 April 2009

Kedermawanan Seorang Hamba Allah




Sang Dermawan

 

Siang itu, Mahmud sampai di rumahnya yang mewah seperti istana dalam keadaan letih dan lapar. Di atas meja makan telah tersedia beraneka makanan lezat yang di sukainya, apel, anggur, pir, dan delima juga ada.

Akan tetapi, tangannya sama sekali tidak menyentuh makanan itu, entah mengapa, tiba-tiba ia kehilangan selera makan. Mahmud memanggil pembantunya yang bernama Rajab. Dia meminta kepada pembantunya untuk mengembalikan makanan itu dari tempatnya, dan mengeluarkan kudanya dari kandang.

“Tuanku, mengapa tuanku keluar sekarang? Saat ini sedang panas-panas. Bumi seperti di panggang, padang pasir bagai menguapkan bara api. Tidakkah tuanku lebih baik tidur seperti biasanya?” kata Rajab mengingatkan.

Rajab sangat sayang dan hormat pada tuannya yang baik itu. Mahmud menjawab, “Aku tidak tahu Rajab, mengapa aku tidak memiliki selera makan atau tidur sedikit pun. Aku juga tidak tahu mengapa tiba-tiba aku ingin pergi menaiki kuda.’

Mahmud keluar dari rumahnya dengan menunggang kuda putihnya. Dia melesat menuju tengah padang pasir. Pijaran sinar matahari seakan menjilati ubun-ubun kepalanya. Dia merasakan panas luar biasa. Beberapa kali dia mengusap keringatnya dan terus menunggang kudanya, tanpa tujuan.

Karena panas yang tidak terkira, dia cepat-cepat memacu kudanya ke kota terdekat. Di tengah jalan, dia melihat  ada rumah kecil. Didepanya tumbuh tanaman yang hijau. Mahmud mendekati rumah itu dan menjumpai seorang pembantu yang berdiri di depan pintu.

Mahmud menyapa, “Nak, apakah kau memiliki air yang bisa aku minum?”

Pembantu yang masih belia itu menyahut dengan ramah, “Jangan berdiri di luar seperti itu, Tuan! Saya perhatikan anda sangat lelah dan letih kerena kepanasan dalam perjalanan. Ayolah, jangan sungkan, mari, silakan masuk! Saya akan mengambilkan air dingin untuk anda. Juga sapu tangan untuk menghapus keringat anda.”

“Bepata cerdasnya kamu, Nak! Hatimu juga lembut di penuhi rasa kasih sayang,” tukas Mahmud sambil tersenyum.

Anak muda itu pergi ke dalam rumah meniggalkan Mahmud. Sejurus kemudian, dia kembali membawa satu mangkok air dingin dan sapu tangan yang harum baunya.

Mahmud menerima mangkuk itu dan meminumnya dengan penuh rasa nikmat. Lalu, dia mengusap keringatnya dengan sapu tangan yang harum itu. Dia merasa kembali. Setelah di rasa cukup, dia meminta diri sambil mengucap rasa terima kasih kepada pembantu muda itu. Mahmud membawa kudanya kembali ke rumahnya.

Di tengah jalan, dia mendengar muazin mengumandangkan azan. Azan itu menggemah indah, memanggil hamba Allah untuk memetik kebahagiaan. Mahmud langsung mengarahkan kudanya menuju masjid.

Usai sholat, ketika Mahmud sedang bersiap keluar dari masjid, dia melihat lelaki buta sedang berjalan bertatih-tatih ke arahnya.

Mehmud mendekati orang buta itu dan bertanya, “Apa yang kau inginkan, Pak?”

“Aku ingin menemuimu,” jawab orang tua itu.

“Mengapa kau ingin menemuiku?” tanya Mahmud kembali.

“Karena dari jauh aku mencium bau harum dari badanmu, aku tahu bahwa kau pasti orang makmur dan berkecukupan. Aku ingin memberitahumu sesuatu. Apakah kau melihat rumah besar di depan masjid ini? Dulu itu adalah rumah ayahku. Beliau menjualnya pada temannya yang tercintanya. Baliau banyak bercerita kepadaku tentang temannya itu. Ayah  bilang, kalau temanya itu seorang sosok pemurah, hatinya halus nan lembut, dan terkenal dengan rasa sayangnya kepada kaum miskin, dan siapa saja yang membutuhkan pertolongan,” jawab orang buta itu panjang lebar.

Seketika itu, Mahmud bertanya padanya dengan penuh kesungguhan, "Lalu, di mana ayahmu sekarang?”

‘Setelah ayahku menjual istana ini, dia membawaku sekeluarga pergi berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain. Karena ayahku sangat boros, akhirnya dia tidak memiliki apa-apa. Aku kehilangan penglihatanku karena sakit. Keadaanku terus memburuk. Aku menjadi sangat miskin…. Apakah kau bisa menolongku dan membawaku menemui pemilik rumah itu? Siapa tahu dia mau mendengar keluhan dan deritaku. Siapa tahu dia punya rasa kasihan padaku dan berkenan membantuku,” jawab orang buta dengan wajah sedih.

Mahmud pun tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Orang buta yang ada di hadapannya ini adalah anak sulung dari teman karibnya yang sudah sepuluh tahun lebih tidak berjumpa dengannya.

Dengan hati bergetar Mahmud berkata, “Sungguh menakjubkan apa yang aku alami hari ini. Aku kehilangan selera makan sejak pagi. Aku juga tidak bisa tidur. Aku di sergap rasa cemas yang tidak ku ketahui sebabnya. Tiba-tiba di tengah teriknya panas matahari, aku ingin pergi menunggang kuda. Ternyata, ini semua telah diatur  Allah SWT., hingga aku bisa bertemu dan mendengarkan deritamu.”

Mendengarnya, orang buta itu tersadar dengan siapa dia bicara. Seketika dia mendengar dengan nada histeris, “Demi Allah, jadi Anda…Anda tuan Mahmud?”

Mahmud menjawab, “Ya. Akulah Mahmud, sahabat dekat ayahmu.”

Seketika orang buta itu mengangkat tangannya ke langit, “Subhanallah! Allahu Akbar! Alangkah agungnya aturan-Mu ya Rabb.”

Mahmud merogoh sakunya dan mengeluarkan kantong berisi uang.

‘Ini ada seribu dinar. Hari ini aku menerima hasil sewa tanahku dari seorang pegawaiku.Seolah-olah ini di kirim Allah SWT. Untuk aku ampaikan ke tanganmu. Ayo, terimalah itu rizqi untukmu.”

Lalu, orang buta itu menerima uang itu sambil berkata, “Segala puji dan rasa syukur  milik Allah. Maha Suci Allah yang telah meletakkan rasa rahmat dalam hati kaum muhsinin sehingga hati mereka lembut dan menyayangi kaum fakir miskin.

 

*****


Sifat Mulia Seorang Mukmin

Meminta-minta memang bukan perilaku terpuji, tepatnya tercela. Namun peringatan Rasulullah ini bukan untuk mengerem sifat memberi. Rasulullah memang tidak suka meminta-minta, namun dia memberi kepada orang yang meminta. Sering salah tempat, kita menempatkan celaan terhadap peminta-minta untuk membenarkan sikap bakhil.

Salah satu sifat orang yang beriman adalah dermawan. Dia menyalurkan hartanya untuk dirinya, istri, dan anak-anak. Masih pula menyempatkan untuk berinfak kepada fakir miskin, anak-anak yatim, dan semua yang membutuhkan pertolongan Allah Subhanahu Wata’aala berfirman,

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’ Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.’” (Al- Baqarah:215)

Betapa banyak dorongan untuk berinfak yang tertulis dalam mushaf yang dibaca oleh kebanyakan kita. Infak ada yang bersifat wajib dan ada yang sunah. Yang wajib seperti : menunaikan zakat, nadzar, dan memberi nafkah kepada keluarga, anak, dan orang-tua. Yang sunnah, yakni yang setiap muslim dianjurkan melaksanakannya, seperti: ikut andil dalam kegiatan-kegiatan bakti social yang bermanfaat bagi orang lain dan bersedekah untuk kepentingan umum. Menginfakkan harta adalah salah satu sifat penghuni surga dan merupakan ciri orang bertakwa. Allah Subhanahu Wata’aala berfirman,

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (Ali Imran:133-134)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengarahkan perhatian umatnya agar melihat keuntungan berinfak dan kerugian sifat kikir, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA,

“Setiap hari ketika umat manusia memasuki waktu pagi, senantiasa ada dua malaikat turun. Salah satu dari keduanya akan berkata, ‘Ya Allah, karuniakanlah ganti kepada orang yang berinfak.’ Dan malaikat yang satu lagi akan berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kerugian kepada orang yang tidak mau berinfak.’” (Shåĥiĥ al-Bukhåri Kitab Zakat no. 1374).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa sedekah tidaklah mengurangi harta pemiliknya, sebagaimana sabda beliau,

“Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah seseorang bertambah rasa pemaafnya kecuali bertambah mulia, dan tidaklah seseorang merendahkan diri kepada Allah melainkan akan Allah angkat derajatnya.” (Sunan al-Tirmidzi no. 2029. Dia berkata, “Hadist ini hasan sahih.”)

Allah Subhanahu Wata’aala juga menjanjikan balasan bagi orang-orang yang berinfak berupa pahala berlipat ganda ,

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261)

Berinfak menunjukkan kemurahan hati, kebenaran iman, dan besarnya kepercayaan pelakunya pada apa yang ada di sisi Allah Subhanahu Wata’aala. Amal-amal kebaikan merupakan salah satu sebab untuk mendapatkan keridhaan Allah. Dan tidak ada sesuatu pun yang sia-sia di sisi Allah Subhanahu Wata’aala.

Firman-Nya,

“Dan barang apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’:39)

Firman-Nya yang lain,

“Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu menginfakkan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Al-Baqarah:272)

Ayat ini menunjukkan anjuran bersedekah kepada siapa pun yang menerimanya, apa pun agamanya, apakah dia mustahiq (orang yang berhak menerima) atau bukan, baik atau buruk, maka sang pemberi infak tetap saja mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya. Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah RA bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,

“Ketika seorang lelaki sedang berjalan di suatu jalan dia merasa sangat kehausan. Ketika mendapatkan sebuah sumur, dia turun ke dalam sumur tersebut untuk minum. Ketika keluar dari sumur, didapatinya seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya menjilat-jilat tanah basah karena kehausan. Lelaki tersebut berkata di dalam hatinya, ‘Anjing ini kehausan seperti yang aku rasakan.’ Kemudian dia turun kembali ke dalam sumur, dan mengisi sepatunya dengan air. Ia naik sambil membawa sepatu tersebut dengan menggigitnya kemudian memberi minum anjing. Melihat hal itu, Allah berterima kasih kepadanya dengan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala karena sebab hewan seperti ini?’ Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab, ‘Untuk setiap memberi minum yang mempunyai nyawa ada pahalanya.’ (shahih al-bukhari no. 2234, 2334, & 5663 dan shahih Muslim 2244).

 

 

Rabu, 01 April 2009

Surga di Telapak Kaki Ibu




Surga di Telapak Kaki Ibu

 

Suatu hari Rasulullah SAW. Sedang berkumpul bersama sahabatnya di masjid. Tiba-tiba datang seorang laki-laki dan mengatakan, “Assalamualaikum!”

Rasulullah dan para sahabat spontan menjawab, “Waalaikummussalam wa rahmatullah!”

“Duhai Rasulullah, Abdullah bin Salam sakit keras dan sedang sekarat menjemput maut. Dia memanggilmu!” kata lelaki itu. Mendengar itu Rasulullah langsung bangkit.

“Bangkitlah kalian semua, mari kita tengok saudara kita!” ajak Rasulullah pada para sahabatnya. Sampai disana Abdullah bin Salam terbaring tak berdaya, nafasnya tersengal-sengal. Melihat hal itu Rasulullah mendekat dan membimbing Alqomah mengucapkan syahadat, “Abdullah, ayo ucapkan Lailahaillah Muhammadurrasulullah!” Beliau  mengucapkan kalimat itu pada telinga Abdullah bin Salam tigakali. Tapi Abdullah bin Salam tidak bisa mengucapkannhya. Mulutnya seperti terkunci.

“La haula wala quwwata illa billahil’aliyyil adhim!” kata Rasulullah SAW.

“Bilal, pergilah ke tempat istrinya dan tanyakan padanya apa ayang telah di perbuat Alqamah selama di dunia dan apa pekerjaannya!” Perintah Rasulullah pada Bilal. Bilal langsung pergi menemui istri Abdullah, istrinya mengatakan, “Selama hidup bersamanyaaku tidak pernah dia meninggalkan shalat bersama Rasulullah. Hampir setiap hari ia memberikan sedekah. Tapi ia sedikit punya masalah dengan ibunya!” Bilal lalu kembali menemui Rasul dan mengabarkan apa yang di katakana istrinya.

Rasul dan mengabarkan apa yang dikatakan istrinya.

Rasulullah langsung bersabda, “Bawalah ibunya kemari!”

Bilal langsung bergegas untuk menemui ibu Abdullah bin Salam. Sampai disana ibunya bertanya., “Ada apa kau kemari?”.
”Anakmu Abdullah sedang sekarat mencemput kematiannya. Aku datang kemari untuk meminta maaf atas kesalahan kalian berdua dan memperbaiki hubungan kalian,”kata Bilal.

“Aku tidak akan memaafkan kedurhakaannya. Ia telah menyakitiku. Aku tak akan memaafkannya di dunia dan akhirat!” jawab ibunya tegas.

Bilal lalu kambali menghadap Rasulullah dan menceritakan segala yang di katakana ibu Abdullah bin Salam. Mendengar keterangan itu Rasulullah bersabda,

“Umar, Ali, kalian berdua kembali ke tempat ibunya dan bawa dia kemari!”

Tanpa bicara kedua sahabat utama itu langsung berangkat ke rumah ibu Abdullah bin Salam. Sampai disana sang ibu bertanya, “Wahai Umar dan Ali, ada apa kau datang kemari?”

“Wahai ibu, Rasulullah SAW memanggilmu.” Jawab Umar.

“Untuk apa beliau memanggilku.” Kata sang ibu.

“Nanti kau juga akan tahu, yang penting ikutlah kami menemui Rasulullah SAW.” Tukas Umar.

Mereka bertiga akhirnya sampai dihadapan Rasulullah SAW> yan berada di dekat Abdullah bin Salam yang sedang menanti detik-detik kematiannya. Rasulullah SAW berkata, “Wahai ibu, lihatlah anakmu yang sedang diambang kematian! Maafkanlah dia.”

“Aku tidak akan memaafkannya, baik di dunia dan akhirat.” Kata sang ibu.

“Maafkanlah. Apa kau tidak kasihan kepadanya, dia sampai tidak bisa mengucapkan dua kalimat sahadat!” kata Rasulullah.

“Bagaimana aku akan memaafkannya. Dia memukulku dan mengusirku dari rumahnya karena mementingkan istrinya.” Sang ibu bersikukuh tidak mau memaafkan dosa anaknya.

Lalu Rasulullah memerintah para sahabat untuk mengumpulkan kayu bakar dan menumpuknya di samping Abdullah.

“Untuk apa Rasulullah?” tanya sang ibu.

“Untuk membakar anakmu! Karena kau tidak mau memaafkan dia.” Jawab Rasul.

Melihat anaknya akan di bakar hidup-hidup hati ibu Abdullah bin Salam akhirnya luluh.

“Baiklah, demi kebenaran risalahmu duhai Rasulullah, aku memaafkan segala kesalahan putraku!”

Setelah itu Rasulullah mendekati Abdullah bin Salam dan berkata, “Abgdullah ucapkan syahadat!”

Mulut Abdullah lalu berkomat kamit dan mengucapkan dua kalimat syahadat dengan jelas. Setelah itu ruhnya berpisah dari tubuhnya.

‘Innalillahi wa inna ilaihi rajiun!” Ucap Rasuullah dan para sahabat. Setelah itu jenazah Abdullah di mandikan, dikafani, dan dishalati. Di masjid Rasulullah bersabda,

“Wahai kaum muslimin sekalian, ingatlah, orang mementingkan istrinya dan menyia-nyiakan ibunya sehingga ibunya tidak ridha padanya akan terancam mati tidak bersahadat.”

Begitulah, betapa pentingnya berbakti pada kedua orang tua, terutama pada ibu yang telah susah payah menandung dan melahirkan ke dunia. Dalam sebuah hadis bahkan Rasulullah SAW. Bersabda, “Surga berada di telapak kaki ibu.”

Kisah di atas berdasarkan hadis yang di riwayatkan sahabat Ali bin Abi Tholib ra. Dalam riwayat yang lain nama sahabat yang wafat dan nyaris di bakar oleh Rasulullah SAW. Itu adalah “Alqamah”

 

******

 

Seorang anak wajib mencintai, menghormati dan memelihara orang tua walaupun keduanya musyrik atau berlainan agama, keduanya berhak untuk diberi kebaik-an dan pemeliharaan bukan mentaati dan mengikuti kesyrikan atau agamanya. Allah Ta’alaberfirman: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang ber-tambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (Luqman : 14)

 

Dari Al-Miqdam bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu, sesungguhnya Allah berwa-siat agar berbuat baik kepada bapak-bapakmu dan sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian agar berbuat baik kepada sanak kerabatmu”.(Dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah)

 

Bersilaturrahim dan berbuat baik kepada orang tua merupakan ajaran yang menjadi ketetapan Kitabullah Al-Qur’an dan Al-Hadits. AllahTa’ala berfirman: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (Al-Isra’: 23)


Maka berbuat baik kepada kedua orang tua menjadi keputusan mutlak dari Allah dan ibadah yang menempati urutan kedua setelah beribadah kepada Allah: “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliha-raanmu”. (Al-Isra’: 23)


Kibar atau kibarul sin artinya berusia lanjut, umur sudah mulai menua, punggung sudah mulai membung-kuk dan kulit sudah mulai keriput. ‘Indaka yang berarti pemeliharaan yaitu suatu kalimat yang menggambarkan makna tempat berlindung dan berteduh pada saat masa tua, lemah dan tidak berdaya.

Allah Ta’ala berfirman: Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka“. (Al-Isra’: 23)

Allah Ta’ala berfirman: “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.


Orang mulia dan baik kepada kedua orang tua akan selalu tahu kedudukan serta kemuliaan orang tua, dia merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak-nya seolah-olah dia bersujud dengan ruh dan perasaan-nya laksana bersujud kepada Allah, dia mendapatkan jati diri yang sebenarnya sebagai suatu rahasia dalam kehidupan. Semua itu menjadi bukti penghargaan dan penghormatan kepada kedua orang tua. Allah Ta’la berfirman: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya . Dan jika kedua-nya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti ke-duanya”. (Al-Ankabut: 8).

 

Salah satu doa yang pasti di kabulkan oleh Allah SWT ialah doa orang tua untuk anaknya, maka dari itu kita sebagai seorang anak jangan pernah sampai kita menyakiti perasaan orang tua kita. Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga macam doa yang pasti terkabulkan; doa orang tua untuk anaknya, doa orang musafir dan doa orang yang teraniaya”. (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani).

 

 

Selasa, 31 Maret 2009

Kisah Cinta Teladan




Kisah Cinta Teladan

 

Para ulama Salaf memahami standar kufu dalam menikahkan putri mereka adalah agama. Mereka tidak melihat harta dalam menikahkan putra-putrinya tetapi melihat kualitas iman, takwa dan akhlak. Tak heran jika mereka lebih memilih yang miskin namun baik agamanya dari pada yang kaya namun kurang agamanya.

Kisah Said bin Musyyabah dalam menikahkan putrinya adalah kisah keteladan  yang sangat indah penuh hikmah. Beliau memiliki putri yang sangat terkenal kecantikan, kecerdasan, dan kesalehannya. Kabar itu samapi ke telinga Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putra mahkotanya yaitu Walid bin Abdul Malik di Damaskus. Kahlifah datang ke tempat Said bin Musayyab untuk meminang putinya itu untuk putra mahkotanya. Namun tanpa keraguan sedikitpun Said menolak pinangan itu, meskipun dia harus menghadapi resiko yang tidak ringan. Karena menolak pinangan khlifah dia sampai dicambuk sebanyak seratus kali. Dan dia tetap pada pendiriannya tidak mau menikahkan putrinya dengan putra mahkota khlifah.

Tak lama setelah kejadian itu,dia kembali mengajar di masjid Nabawi. Ia adalah seorang ulama dan mahagru yang sangat perhatian danmenyayangi murid-muridnya. Ia selalu menanyakan keadaan mereka, dan jika ada yag berhalangan hadir ia selalu menanyakan, kenapa. Suatu kali ada seorang muridnya bernama Abdullah bin Abi Wada’ah tidak menghadiri pengajian. Ketika ditanyakan kepada murin yang lain, tidak ada yang tahu sebabnya. Beberapa hari berikutnya, Abdullah bis Abi Wada’ah hadir, Imam Said bin Musyyab langsung bertanya,

“Abdullah, kenapa kemarin tiadak masuk?”

“Maaf Imam, kemarin istri saya meninggal dunia dan saya tidak sempat minta izin dan memberitahukan kabar ini kepada Imam.”

“Apakah kau sudah menikah lagi?”

“Semoga Allah merahmati Imam, siapakah yang sudih menikahkan putrinya denganku. Aku ini miskin tidak memiliki apa-apa kecuali hanya dua atua tiga dirham saja?”

“Akulah yang akan menikahkanmu”

“Benarkah?”

“Ya, benar.aku akan menikahkanmu dengan putriku, jika kau mau.”

Dan jadilah saat itu juga Imam Said bin Musyyab menikahkan putrinya yang terkenal cantiknya itu dengan Abdullah bin Wada’ah, salah seorang muridnya yang miskin, dengan mahar hanya dua dirham.

Begitulah Imam Said bin musyyab labih memilih lelaki yang miskin namun ia tahu persis ketaqwaan dan kedalaman ilmu agamanya. Ia tidak memilih putra raja yang kaya raya dan memiliki kedudukan yang tinggi. Ia sangat percaya bahwa putrinya akan selamat di dunia dan akhirat jika berada dalam bimbingan suami yang bertaqwa Betapa manatpnya hati Imam Said tatkala menikahkan putrinya itu dapat dilihat dari cerita Abdullah bin Wada’ah.

“Setelah di nikahkan itu, aku lalu bangkit. Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat karena genbiranya. Aku lalu bergegas pulang ke rumah. Aku berpikir kepada siapa aku akan mencari pinjaman? Aku lalu shalat mahrib. Setelah itu aku kambali ke rumah. Aku nyalakan lentera. Saat itu aku puasa. Aku mengambil makan untuk buka. Tak lain hanyalah roti dan minyak zaitun. Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.

“Siapa?”

“Said”

aku berpikir pada orang-orang yang bernama Said, kecuali Said bin Musayyab. Sebab selama empat puluh tahun ia tidak pernah terlihat kecuali di dua tempat yaitu di rumahnya dan di Masjid Nabawi. Aku lalu keluar memebuka pintu. Ternyata adalah Said bin Musayyab. Aku mengira ada hal penting dan dia memerlukan bantuan. Kukatakan.

“Wahai Abu Muhammad, jika kau mengirim utusan kepadaku tentu aku akan datang kepadamu.”

“Tidak kamu lebih berhak di datangi,” jawab Imam Said.

“Apa yang kau titahkan, dan ada apa yang bisa saya Bantu?”

“Kau adalah lelaki sendiri tanpa istri. Aku telah menikahkanmu. Aku tidak ingin kau bermalam sendirianmalam ini, Ini aku antarkan istrimu.”

Dan putrid Said bin Musayyab itu ternyata berdiri di belakang Said bin Musayyab. Said lalu memegang tangannya dan mendorong ke pintu. Putrid Said bin Musayyab terlahat sangat malu. Ia hanya berdiri mematung di pintu. Aku cepat-cepat menuju nampan, di mana ada roti dan minyak. Aku letakkan pada bayangan lentera agar tidak terlihat. Aku lalu naik ke loteng dan memanggil para tetangga. Mereka pun berdatangan. Mereka bertanya,

Ada apa?”

“Aduh bagaimana ini? Siang tadi said bin Musayyab menikahkan aku dengan putrinya. Dan malam ini mendadak dia datang membawa putrinya itu.”

Para tetangga bertanya heran, “Said menikahkan kamu?”

“Ya”

“Dia sekarang di rumahmu?”

Para tetangga lalu mendatangi rumahku. Hal itu di beritahukan kepada ibuku. Ibuku datangdan berkata, “Aku haram melihat wajahmu jika kau sampai menyentuhnya sebelum aku dandani sampai tiga hari.” Aku lalu menenangkan diri selama tiga hari, baru aku menemuinya. Ternyata dia adalah wanita yang paling cantik, paling hafal kitab Allah, paling tahu sunah Rasulullah, dan paling mengerti hak-hak suami. Selama sebulan Said tidak mendatangiku dan aku tidak mendatanginya. Setelah sebulan aku mendatanginya saat itu dia ada di tengah-tengah halaqah pengajiannya. Aku ucapkan salam padanya. Dia menjawab salamku. Ia tidak mengajakku bicara sampai orang-orang pergi semua.

Ia bertanya, “Bagaimana keadaannya?”

Aku menjawab, “Baik, Abu Muhammad. Dia manusia yang sangat di cintai teman dan dibenci musuh.”

‘Jika aku ragu padanya, kau boleh angkat tongkat.”

Aku lalu kembali ke rumahku dan Said memberiku bekal dua puluh rubu dirham.”

Betapa besarnya rasa percaya Imam Tabi’in agung itu. Ia bahkan tidak bertanya secara mendetil kedaan putrinya. Sebab ia sangat percaya putrinya akan baik dan aman di bawah lindungan lelaki yang bertaqwa, takut kepada Allah, tahu hak dan kedudukannya.

 

Pesan Penulis :

Jadikan kisah diatas sebagai pedoman kita dalam mencari seorang pendamping hidup, carilah pendamping hidup yang bisa membimbing kita ke jalan yang di Ridhohi Allah SWT. Yang mempunyai ketaqwaan dan kedalaman Ilmu agama meskipun orangnya miskin, jangan jadikan materi sebagai pedoman dalam mencapai kebahagiaan hidup. Jadikan Ketaqwaan kita untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat

 

Firman Allah :

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)

 

Sabda Nabi :

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

 

Pernikahan adalah perjanjian selama-lamanya, hingga akhir hayat. Menikah bukan untuk waktu sehari atau dua hari, untuk itu setiap orang berhak untuk memilih pendampingnya,

Bagi wanita nikahilah laki-laki yang baik, jangan nikahi laki-laki yang keji, karena  laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang keji. Begitu juga untuk laki-laki, nikahilah wanita yang baik, jangan nikahi wanita yang keji karena wanita yang keji hanya untuk laki-laki yang keji.

 

Firman Allah :

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)